Selasa, 08 Maret 2016
DZIKIR
BerDzikirlah Sampai Mereka Menyebutmu Sebagai Orang Gila
IMG_9495Perbedaan Dzikir dengan ibadah lain adalah kalau ibadah lain (Shalat, Puasa, Haji) mempunyai waktu-waktu tertentu dan juga mempunyai waktu yang dilarang untuk melakukannya sedangkan dzikir kepada Allah tidak mengenal tempat dan waktu, dilakukan secara terus menerus tanpa henti (istiqamah) agar memperoleh kemenangan. Dzikir yang dilakukan terus menerus tersebut tentu saja Dzikir khafi (Dzikir tanpa bersuara) sedangkan Dzikir Jahar (Bersuara) yang biasanya dilakukan secara berjamaah memilki batas waktu dan tempat.
Dzikir Jahar dan Dzikir Khafi itu keduanya memiliki dalil yang kuat baik bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist. Bagi pengamal Tarekat, kedua jenis dzikir ini telah biasa dilakukan. Dzikir khafi sebagai amalan khusus dilakukan dihening bening, tengah malam atau menjelang subuh tanpa diketahui oleh siapapun sedangkan dzikir jahar dilaksanakan setelah shalat berjamaah atau disaat selesai melakukan suluk, dzikir jahar selesai suluk biasanya berupa Tahlil. Bagi yang menganggap dzikir jahar (dengan suara keras) itu keliru, ada baiknya membaca hadist berikut. Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata: “Sesungguhnya mengeraskan dzikir saat selesai sholat wajib, itu telah ada di masa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-“. Ibnu Abbas juga mengatakan: “Aku tahu selesainya shalat mereka itu, saat ku dengar dzikir itu” (HR. Bukhari: 796, dan Muslim: 919)
Suatu saat, Imam Ghazali ditanya oleh seseorang, “Katanya setan dapat tersingkir oleh zikir kita, tapi mengapa saya selalu berzikir namun setan tak pernah terusir?” Imam Ghazali menjawab, “Setan itu seperti anjing. Kalau kita hardik, anjing itu akan lari menyingkir. Tapi jika di sekitar diri kita masih terdapat makanan anjing, anjing itu tetap akan datang kembali. Bahkan mungkin anjing itu bersiap-siap mengincar diri kita, dan ketika kita lengah, ia menghampiri kita.”
Al Ghazali lalu meneruskan, “Begitu pula halnya dengan zikir. Zikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati masih kita sediakan makanan-makanan setan. Ketika sedang memburu makanan, setan tidak akan takut untuk digebrak dengan zikir mana pun. Pada kenyataannya, bukan setan yang menggoda kita tetapi kitalah yang menggoda setan dengan berbagai penyakit hati yang kita derita. Zikir harus dimulai setelah kita membersihkan diri kita dari berbagai penyakit hati dan menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam diri kita.”
Dzikir yang sebenarnya adalah menyebut nama yang asli dari sisi-Nya, nama yang langsung diturunkan oleh Allah SWT bukan nama yang kita dengar dari manusia dan bukan pula nama yang kita baca dari buku. Nama yang diturunkan dari sisi-Nya inilah yang memberikan bekas di hati sanubari manusia dan memiliki energi tak terhingga.
Sebagai contoh, nama Presiden RI semua orang tahu bahkan anak kecil pun bisa menyebutnya dengan mudah, JOKOWI!. Tapi apakah nama tersebut langsung memiliki kekuatan ketika menyebutnya? Jawaban TIDAK. Nama yang memilki kekuatan atau power adalah nama yang asli turun dari istana Presiden, melalui lembaga resmi Negara barulah nama tersebut bisa dipakai secara resmi. Ketika nama Presiden dicantumkan maka seluruh aparat Negara, bala tentara baik darat, laut maupun udara bergerak melindungi. Ketika sebuah surat yang resmi tercantum nama Presiden dan dalam surat itu ada perintah tertentu, maka segenap aparat Negara memberikan dukungan, siapapun yang melanggar akan diberi hukuman.
Ada persamaan dengan nama Allah, bukan yang anda dapatkan di buku, bukan yang anda dapatkan dari ceramah-ceramah, tapi anda harus mencari aparat Allah Ta’ala, para Ulama yang telah diberikan izin oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan nama-Nya sehingga nama tersebut memiliki energi tak terbatas. “Dzikir akan DAKU, Aku akan berikan namaKU
kepadamu “ (Al-Baqarah 152).
Hadits qudsi dari Mu’az bin Anas secara marfu’: Allah swt.berfirman: “Tidaklah seseorang berdzikir pada-Ku dalam hatinya kecuali Akupun akan berdzikir untuknya dihadapan para malaikat-Ku. Dan tidak juga seseorang berdzikir pada-Ku dihadapan orang-orang kecuali Akupun akan berdzikir untuknya ditempat yang tertinggi’ “. (HR. Thabrani).
Betapa luar biasa orang yang telah berdzikir dengan benar, menyebut nama Allah dengan metodologi warisan Rasulullah SAW sehingga ketika dia mengingat Allah maka Allah pun mengingatkan secara khusus, ini terjadi karena antara dirinya dengan Allah Ta’ala telah tersambung hubungan langsung, nur ala Nurin telah turun dan bersemayam dalam qalbu nya.
Dzikir yang memberi bekas dan bisa mengeluarkan energi tak terbatas tersebut bukan dzikir yang kita ucapkan oleh mulut kita, manusia dengan segala kelemahan dan kekotoran tidak mungkin mampu berdzikir seperti itu, akan tetapi dzikir dari sisi-Nya tersebut yang tersalur lewat Rasulullah SAW sampai kepada ulama pewarisnya yang terakhir itu yang bisa memberikan bekas, bisa memindah-mindahkan bukit dan bisa membuat orang mati berbicara.
“Dan sesungguhnya andaikata ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dapat membuat gunung-gunung berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong-potong/ dibelah-belah atau orang-orang mati diajak bicara / dapat bicara (hidup kembali) niscaya Kitab Suci itu ialah Al-
Qur’an. Dan merekapun tidak juga beriman (dan juga masih tidak terpikir juga untuk merisetnya, walaupun Tuhan mengatakan KEDAHSYATAN AL-QUR’AN itu bertubi-tubi)” (QS. AR-RA’AD ayat 31).
Dzikir yang dilakukan pagi dan petang setiap saat tanpa mengenal lelah itulah yang akan memberikan kemenangan dunia akhirat. Kalau anda disuruh berdzikir 24 jam tanpa henti, bagaimana anda melakukan aktifitas dunia? Mencari nafkah, belajar dan lain sebagainya?. Itulah hebatnya Islam, diwariskan metodologi dari Rasulullah SAW yang dengan metodologi itu membuat anda secara otomatis berdzikir walau sedang makan, bekerja, berjalan bahkan ketika anda tidur secara otomatis Qalbu terus menerus berzikir itulah yang digambarkan “Tidur nya orang berilmu lebih ditakuti setan dari ibadah orang bodoh”.
Dzikir yang Hakiki dilakukan diluar alam sadar, sebagaimana jantung berdetak, mata berkedip tanpa menunggu perintah anda secara sadar, begitu juga zikir khusus, secara otomatis qalbu anda akan hidup dan terus memuja-Nya. Rasulullah SAW mengatakan seberat berat perkerjaan adalah mengingat Allah dan semudah-mudah perkerjaan adalah mengingat Allah. Sulit, susah, mustahil ketika belum menemukan pembimbing dan metodologi yang tepat dan menjadi sangat sangat mudah ketika telah menemukan Sang Ahli Dzikir yang membimbing dan menuntun anda.
Baik bagi orang yang telah memiliki Guru untuk membimbin maupun belum, Dzikir kepada Allah hendaknya dilakukan secara terus menerus, menjadi semangat bagi kita ummat Islam dimanapun berada. Setan tentu saja tidak akan senang dengan orang-orang yang sering berdzikir dan berusaha dengan segala cara menghalangi. Cara paling mudah setan menggoda adalah dengan masuk kedalam hati orang-orang munafik, kemudian orang yang telah disusupi setan itu melarang orang-orang berdzikir, orang-orang memuja Allah dan orang-orang yang ingin selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan segudang dalil yang terkadang dia sendiri tidak begitu paham.
Tidak usah dipedulikan orang-orang tersebut walaupun anda disebut gila atau riya’, teruskanlah anda berdzikir baik sendiri maupun berjamaah, karena Rasulullah SAW 14 abad yang silam telah terlebih dahulu memberikan peringatan akan bahaya orang-orang munafiq yang disusupi setan tersebut.
“Dari Abu Sa’id radliya Allahu ‘anh bahwa Rasulullah shalla Allahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Perbanyaklah dzikir kepada Allah sehingga mereka (orang-orang munafiq ) mengatakan : (Engkau) orang gila”. (HR. Ahmad , Abu Ya’la , Ibnu Hibban dan Al-Hakim dan beliau menshahihkannya)
“Dari Ibnu ‘Abbas radliya Allahu ‘anhuma ia berkata : Bersabda Rosulullah sholla Allahu ‘alaihi wa sallam : Berdzikirlah kalian kepada Allah sehingga orang-orang munafiq mengatakan : Sesungguhnya kalian orang-orang yang riya’ (pamer ‘amal). ” (HR. Ath-Thabrani).
Selamat menikmati akhir pekan, sMoga bermanfaat!.
BELAJARLAH BERMA'RIFAT KEPADA ALLAH SWT
Sesat Sana Sesat Sini, Haram Sana Haram Sini.
Tuan-tuan, puan-puan, muslimin dan muslimat sekalian.
Akhir-akhir ini banyak yang menuduh ilmu makrifat itu sesat dan makrifat itu haram. Pada saya, sesat atau haram itu adalah kerana belum jumpa. Belum jumpa, memanglah sesat. Cuba tuan-tuan dah berjumpa, pasti ianya tidak lagi sesat. Sesat itu adalah kerana belum jumpa.
Sesat atau haram itu adalah bergantung kepada mengenal Allah atau tidak. Bagi yang sudah berjumpa dan bagi yang sudah mengenal, makrifat tidak lagi sesat dan makrifat tidak lagi haram. Sesat atau haram itu adalah bergantung kepada perkara tahu atau tidak!
Saya kira solat orang yang tidak mengenal Allah itu lebih sesat dan lebih haram daripada ilmu makrifat. Kenapa orang yang solat tanpa mengenal Allah dan solat tanpa ingat kepada Allah itu tidak dijatuhkan hukuman sesat dan kenapa tidak dijatuhkan hukuman haram?
Solat tanpa kenal Allah dan solat tanpa ingat kepada Allah itu apakah hukumnya? Cuba tuan-tuan jawab?
Jika tidak tahu, memanglah sesat. Cuba tuan-tuan baca dan cuba tuan-tuan hayati betul-betul kitab lama. Pasti tuan-tuan menangis dan pasti tuan-tuan insaf, betapa diri kita ini teramat jauh dari Allah.
Kita hanya tahu menyebut nama Allah, Allah yang kita sebut dan yang kita panggil itu hanyalah nama. Sayangnya tuan-tuan tidak tahu tuan yang empunya nama. Sebenar-benar Allah itu adalah tuan kepada yang empunya nama, Allah yang tidak berhuruf dan Allah yang tidak bersuara. Adapun yang kita sebut itu adalah perkataan nama Allah. Hanya sebut nama, mana tuan yang empunya nama?
Lagi pula Allah bukan suara bibir mulut, apakah dengan tidak ada bibir mulut, Allah itu tidak ada? Apakah Allah itu ada hanya bila mana ada bibir mulut? Apakah kalau tidak ada bibir mulut dan tidak ada suara, Allah itu tidak ada? Cuba jawab?
Belajarlah mengenal Allah yang sebenar-benar Allah iaitu Allah yang tidak perlu ada suara bibir mulut, Allah yang tidak perlu ada suara dan Allah yang tidak perlu ada nama. Tulisan Allah yang di dinding itu bukan Allah. Sebutan perkataan Allah itu bukan Allah.
Mana yang dikatakan sebenar-benar Allah? Sebenar-benar Allah itu adalah yang tidak perlu kepada suara dan tidak perlu kepada tulisan. Apakah tuan-tuan mengenal Allah yang tidak berhuruf dan yang tidak berjisim? Kalau tuan-tuan tidak mengenal Allah dan tidak ingat kepada Allah di dalam solat, apakah solat itu sah? Kenapa tidak haramkan solat orang yang tidak mengenal Allah? Kenapa tidak sesatkan solat orang yang tidak ingat kepada Allah?
Tetapi kenapa orang yang belajar dan orang yang mengajar ilmu makrifat (Ilmu Mengenal Allah) itu sesat dan dituduh haram? Jika semua ilmu makrifat dituduh sesat dan jika semua ilmu makrifat dituduh haram, mana satukah makrifat yang benar? Mana satukah makrifat yang betul? Semua makrifat itu salah, manakah makrifat yang betul?
Tidak pernah kita dengar orang mengajar di masjid, di surau, di televisyen dan tidak pernah kita dengar forum perdana tentang makrifat yang betul. Mana makrifat yang betul untuk dibuat panduan, untuk dibuat tauladan dan dibuat contoh? Mana role-model makrifat yang tak haram dan mana role-model yang tak salah untuk kita jadikan ikutan? Kalau ada saya pun nak tumpang belajar, tetapi mana? Kita sekarang hanya ada golongan yang hanya tahu tuduh sesat dan haram, tetapi makrifat yang tidak sesat, makrifat yang tidak salah tidak pula diajar, melainkan hanya tahu tuduh!
Mana makrifat yang tidak sesat dan mana makrifat yang tidak haram? Tidak pernah kita dengar orang mengajar makrifat di masjid, surau, ceramah atau forum perdana di televisyen atau di corong-corong radio, melainkan kalau adapun hanyalah sekadar istilah makrifat sahaja. Tetapi tentang sebenar-benar mengenal Allah, mengenal diri, zuk, ingat dan melihat Allah tidak pernah kita dengar.
Saya tidak berniat sama sekali untuk menghalalkan yang haram dan untuk mengharamkan yang halal. Haram tetap haram dan halal tetap halal. Cuba tuan-tuan tanya diri tuan-tuan sendiri, apakah tuan-tuan sudah kenal Allah?
APAKAH HUKUM ORANG SOLAT YANG TIDAK KENAL ALLAH DAN APAKAH HUKUM ORANG SOLAT YANG TIDAK INGAT ALLAH? Mari kita sama-sama renungkan.
Daripada Hj. Shaari untuk renungan bersama…amin.
YANG TIDAK ADA, TIDAK AKAN DAPAT MENGADAKAN YANG ADA
Yang mati tidak dapat mengadakan yang hidup. Yang tiada tidak dapat mengadakan yang ada.
Tuan-tuan, puan-puan, muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah sekalian. Aurat (sempadan) atau hak sempadan makhluk itu adalah bersifat dengan sifat tidak ada. Sebaliknya aurat (sempadan) atau hak Allah pula adalah bersifat dengan sifat ada (wujud).
Cuba tuan-tuan fikir dengan suluhan mata hati. Bolehkah kita yang bersifat tidak ada untuk menyatakan yang ada (Allah)? Melainkan yang ada itu sendirilah yang boleh menyatakan yang ada (hanya Allah yang boleh menyatakan diriNya sendiri). Hanya Allah sajalah yang mengenal diriNya sendiri. Kita yang bersifat tidak ada dan yang bersifat tidak wujud, mana mungkin dapat menyatakan Allah yang bersifat wujud. Oleh itu, sebelum tuan-tuan mengenal yang hidup, kenallah terlebih dahulu diri yang mati ini.
Setelah mengenal yang mati, barulah kita boleh mengenal yang hidup. Contohnya, kita kenal kaya kerana kita kenal miskin. Kita kenal sihat kerana kita kenal sakit dan kita kenal putih adalah kerana kita kenal hitam. Begitu juga Allah, untuk kenal yang hidup, tuan-tuan hendaklah terlebih dahulu mengenal yang mati. Setelah mengenal yang mati, barulah boleh dikatakan mengenal yang hidup. Kenal diri rata-rata baru kita dapat mengenal Allah yang maha nyata.
Kita bersifat mati, mana mungkin dapat mengenal yang hidup. Buat apa kita hendak bersusah payah mengenal yang mati. Pada hari ini, jam ini dan saat ini, marilah kita sama-sama mengenal yang hidup. Tidak payah kita buang-buang masa untuk mengenal yang tidak ada (yang tidak wujud) dan mengenal yang mati. Adalah lebih baik kita mengenal yang hidup dan kita kenal yang wujud.
Yang hidup itu selalu ada bersama tuan-tuan. Selagi tuan-tuan hidup, yang hidup itu tetap bersama kita, sayangnya tidak ramai yang mahu mengerti! Carilah yang ada, kenapa tuan-tuan hendak mencari yang bersifat tidak ada. Kita bersifat tidak ada dan kita bersifat tidak wujud, yang tidak wujud tetap tidak wujud dan yang tidak ada tetap tidak ada. Sebaliknya yang ada itu tetap ada dan yang wujud itu tetap wujud. Setelah yang tidak ada itu tidak ada, barulah yang ada itu ada.
Semoga hendaknya kita mengenal Allah dengan sebenar mengenal. Kenallah kepada yang hidup kerana yang hidup itu adalah Allah.
Ihsan dari air tangan Hj. Shaari…amin.
INGIN KHUSU' SHOLATNYA ? INGIN INGAT ALLAH ?
Nak Khusyuk Solat? Nak Ingat Allah?
Barang siapa yang berhajat kepada solatnya khusyuk dan barang siapa yang berhajat nak ingat Allah, syarat dan petuanya amat-amat mudah, iaitu kena kenal Allah.
Bila kenal Allah, baru datangnya khusyuk, zuk, tawaduk, limpah, lazat, ikhlas, redha dan sebagainya. Jika tidak kenal Allah, mana mungkin datangnya semua itu, melainkan tipu, tipu, tipu dan tipu! Pembohong bagi sesiapa yang mengaku khusyuk kalau belum kenal Allah. Hendak mengenal Allah.
Biar orang tuduh sesat, biar orang tuduh haram, asal kita dapat berjumpa Allah. Orang yang tuduh sesat itu adalah kerana mereka belum jumpa, kalau dah jumpa maka tidaklah timbulnya sesat. Oleh itu, jangan tuduh sesat kalau belum jumpa, tuduhan sesat itu adalah bagi mereka-mereka yang belum jumpa.
Hj. Shaari Hj. Mohd Yusof,
PANDUAN SHALAT GERHANA
By : Muhammad Abduh Tuasikal,
Bagaimanakah cara melaksanakan shalat gerhana?
Berikut panduan lengkapnya.
Bagi yang Menyaksikan Gerhana Hendaklah Melaksanakan Shalat Gerhana
Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.”2
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.
Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”3
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”4 Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.
Hal-hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana
Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”5
Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat.6 Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.7
Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.”8
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”.9
Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.”10
Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.”11
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”
Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.”12
Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah.13
Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”14 Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.
Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat15. Hal ini berdasarkan hadits:
عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17
Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.18
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”19
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.”20
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. 21
Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”22
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. 23
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.
Demikian penjelasan ringkas kami mengenai shalat gerhana . Semoga bermanfaat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Senin, 07 Maret 2016
KUNCI PEMBUKA atau Pemahaman dasar dalam Ilmu Ma'rifattullah
Abu Hurairah R.A. :
" ....BILAMANA KUURAIKAN APA YANG KUDAPAT DARI RASULULLAH ( Ilmu Ma'rifat/Batin ) MAKA PASTI AKAN KAMU POTONG LEHERKU INI,ATAU KAMU KATAKAN BAHWA AKU INI ADALAH KAFIR.."
Jika ILMU MA'RIFATTULLAH itu diibaratkan sebagai sebuah " ISTANA NEGARA " atau ISTANA PRESIDEN " maka seluruh Pintu - pintu masuknya di sebut NUR MUHAMMAD...........
Maka.....
Lepaskanlah ILMU SYAREAT jika ingin masuk KEDALAM ISTANA NEGARA atau kedalam ISTANA PRESIDEN karena PINTU - PINTUNYA adalah PEMAHAMAN TENTANG NUR MUHAMMAD yang tidak ada didalam ILMU SYAREAT......
KUNCI PEMBUKA atau Pemahaman dasar dalam Ilmu Ma'rifattullah meliputi beberapa hal,yaitu :
1. Pemahaman HAKEKAT NUR MUHAMMAD yang menjadi RUH Alam Semesta.
2. Pemahaman HAKEKAT MANUSIA atau HAKEKAT DIRI SEBENAR-BENARNYA DIRI
3. Pemahaman MENGENAL ALLAH melalui penjabaran nama ALLAH yang terdiri dari ALIF,LAM AWAL,LAM AKHIR dan HA
4. Pemahaman HAKEKAT SYAITAN
KITAB TEBERUBUT membukanya dengan rinci dan mudah untuk di pahami karena dilengkapi dengan METODE GAMBAR..........
Teknologi Li-Fi Kelak Gantikan Wi-Fi di Masa Depan
By Jeko Iqbal Reza on 08 Mar 2016 at 09:17 WIB
Untuk saat ini, Li-Fi tengah di uji coba pada beberapa lokasi perkantoran dan industrial di Estonia.
Untuk saat ini, Li-Fi tengah di uji coba pada beberapa lokasi perkantoran dan industrial di Estonia.
Liputan6.com, Jakarta - Wi-Fi menjadi salah satu teknologi nirkabel yang digunakan banyak orang untuk berinternet. Namun, seperti diketahui, sudah ada teknologi terbaru yang kelak akan mengalahkan sistem wireless tersebut di masa depan. Teknologi yang disebut 'Li-Fi' ini sedang dipersiapkan dan diuji coba. Lalu, apa bedanya Li-Fi dengan Wi-Fi?
Mengutip informasi laman Telegraph pada Selasa (8/3/2016), Li-Fi merupakan teknologi wireless yang konon akan menjadi alternatif selain Wi-Fi. Teknologi ini tengah diuji untuk mengirim data dalam kecepatan 1Gbps (Gigabyte per second).
Di kecepatan itu, teknologi Li-Fi diklaim bisa bekerja 100 kali lebih cepat ketimbang Wi-Fi. Yang artinya, mengunduh file video atau film dengan resolusi highdefinition bisa dilakukan hanya dalam waktu hitungan detik!
BACA JUGA
Pengumuman Besar Final Fantasy XV Digelar Akhir Maret 2016
Meizu Pro 6 Bakal Dilengkapi Fitur 3D Touch
'Senjata' Baru Ini Bakal Buat iPhone 7 Lebih Buas
Teknologi ini kabarnya telah disulap ke sebuah perangkat wireless oleh sebuah startup asal Estonia yang bernama Vélmenni. Untuk saat ini, Li-Fi tengah di uji coba pada beberapa lokasi perkantoran dan industrial di Estonia.
Perangkat Li-Fi ini mentransfer data dengan menggunakan bohlam LED sebagai 'wadah'nya, yang mana dapat berkedip dalam hitungan nanoseconds sehingga tidak dapat dilihat mata manusia sedikitpun.
Teknologi Li-Fi dikembangkan pertama kali pada 2011 oleh Professor Harald Haas dari University of Edinburg.
Tidak seperti sinyal Wi-Fi yang bisa menembus dinding, sayangnya koneksi Li-Fi justru mengandalkan cahaya lampu dan hanya dibatasi dalam satu ruangan saja. Bagaimanapun, meski terbatas, potensi keamanan Li-Fi dinilai esktra.
Teknologi ini diprediksi akan menjadi perangkat rumahan yang ramah lingkungan, serta efisien. Karena, selain berfungsi sebagai bohlam lampu LED, Li-Fi dipastikan bisa menciptakan koneksi antar perangkat rumahan, mengingat teknologi ini diusung untuk era IoT (Internet of Things).
GERHANA MATAHARI TOTAL TANGGAL 09 MARET 2016 SEKITAR JAM 07.00 S/D 09.00
WAJIB BACA, DEMI KESELAMATAN UMAT MANUSIA
Fenomena alam Gerhana Matahari Total yang akan teramati di wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016 nanti bukanlah fenomena alam biasa. Fenomena alam unik ini hanya akan terjadi lagi 350 tahun kemudian.
Tonton Juga Video: Kejadian Gerhana Matahari
Saat itu, pagi hari di sebagian wilayah Nusantara akan berubah gelap bak malam purnama. Meski hanya hitungan menit.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan, gerhana akan melintasi 11 provinsi di Indonesia: Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
“Gerhana matahari total di bagian timur Indonesia akan berlangsung sekitar 3 menit pukul 09.00 waktu setempat. Sedangkan di bagian barat akan berlangsung sekitar 2 menit pukul 07.30 WIB,” tuturnya lagi.
Sementara di area lain seperti Pulau Jawa, teramati gerhana matahari sebagian.
Tak hanya dinanti masyarakat Tanah Air, fenomena gerhana matahari total juga menjadi pusat perhatian masyarakat Internasional.
Tonton Juga Video: Kejadian Gerhana Matahari
“Lebih dari 3.000 ilmuwan dari seluruh dunia akan datang untuk mengobservasi gerhana matahari,” , dikutip dari situs Earth Sky.
Seperti dikutip dari Examiner, sejumlah perusahaan luar negeri mengincar momentum gerhana matahari total di Indonesia untuk pariwisata.
Wildland Adventures yang bermarkas di Seattle, Amerka Serikat, adalah salah satunya. Mereka berharap bisa membawa turis peminat astronomi (astro-tourist) ke wilayah terpencil di Maluku.
Di sana, para wisatawan akan menaiki kapal sambil berlayar dan menjadi saksi mata detik-detik terjadinya gerhana matahari, sembari menyusuri sungai yang membelah hutan tak berpenghuni dengan pemandangan gunung api yang menjulang.
Dibalik semua ini, sebenarnya Gerhana Matahari Total ini menandakan sebuah hal yang telah diduga para nenek moyang dan orang-orang terdahulu.
Sosok ini begitu ditakuti oleh nenek moyang kita, sosok ini lahir dari sebuah dendam. Sosok ini dikisahkan berjubah dan memiliki sebuah tangan dari besi berkarat.
Nenek moyang kita memberi pertanda kalau dia akan muncul ketika “Matahari Tertutup Habis”, benar, yang dimaksud nenek moyang kita adalah Gerhana Matahari Total. Masih adalagi pertanda sosok tersebut akan muncul.
Selasa, 01 Maret 2016
Langganan:
Postingan (Atom)